Thursday, 6 December 2018

Amerika Serikat vs Swiss 1994

Piala Dunia 1994
Grup A Amerika Serikat vs Swiss 1-1

Babak pertama hampir saja berakhir. John Harkes, sayap kiri AS, membawa bola menusuk jantung kanan pertahanan Swiss. Ia diganjal, dan terjadilah tendangan bebas.
Bersiap-siap untuk melakukan tendangan adalah pemain bernomor punggung 11. Dia Eric Wynalda. Dengan feeling yang matang ia melepaskan tembakan melewati pagar betis Swiss. Tendangan itu melesak masuk, meski sempat mengenai mistar, untuk kemudian tak tersentuh kiper Marco Pascolo.
Rose Bowl, stadion tertutup pertama yang dipakai dalam kontes Piala Dunia itu, meledak. Kubu AS benar-benar merasakan nikmatnya bermain sepakbola. Sekitar 76.000 orang yang memenuhi stadion bertepuk riuh di belakang tim kesayangannya. Wajar, sebab gol ini menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Wynalda, sang penembak itu, telah memetik hasil dari pengalamannya bermain di Bundesliga, Jerman. Tendangannya begitu indah. Seindah tendangan-tendangan bola mati pemain kelas dunia lainnya macam Michel Platini, Diego Maradona, Roberto Baggio, maupun Thomas Haessler.
Apa kata Wynalda? "Yang jelas, kami lolos dari kekalahan. Ini awal yang baik buat kami," katanya.


Bintang Lapangan
Pemain klub VfL Bochum ini pantas menjadi bintang lapangan malam itu. Karena, selain mencetak gol Wynalda pun sangat rajin membantu Harkes di kiri dan Ernie Stewart di kanan. Permainan AS yang sempat dikhawatirkan ternyata menjadi hidup berkat disiplin yang diterapkan pelatih mereka, Bora Milutinovic.


Wynalda, kelahiran 9 Juni 1969, menunjukkan bahwa omongan Tony Meola bukan sesumbar. Meola, kiper AS, memang pernah melontarkan komentar bahwa tim AS kini lebih matang.
Ucapan itu didasari oleh sebagian pemain AS yang bermain untuk klub-klub Eropa dan pengalaman Piala Dunia 1990. Meola sendiri malam itu juga bermain gemilang dengan beberapa kali menggagalkan tendangan dan sundulan penyerang Swiss.
Secara keseluruhan permainan kedua tim memang berlangsung imbang, meski inisiatif serangan banyak datang dari Swiss. Dua gol yang tercipta dan dibagi rata kurang menggambarkan serunya pertandingan dengan begitu banyaknya usaha mencetak gol dari peluang yang berhasil terbuka.
Swiss unggul terlebih dahulu melalui gol tendangan bebas Georges Bregy setelah Thomas Dooley dengan sengaja menjatuhkan Alain Sutter di luar kotak penalti. Bregy menyelesaikan hadiah itu dengan baik di menit ke-39.
Babak kedua pertandingan tidak mengendor sedikit pun. Serangan datang silih berganti, diakhiri peluang-peluang emas. Tercatat dua peluang untuk AS dan tiga untuk Swiss menghiasi partai awal grup A ini. Wynalda sendiri ditarik Milutinovic keluar lapangan menit ke-57, digantikan oleh Roy Wegerle. (Bola 1994)

Thursday, 8 November 2018

Korea Selatan vs Spanyol 1994


Piala Dunia 1994
Grup C Spanyol vs Korea Selatan 2-2

Hong Myung-bo melompati Luis Enrique. (Jawapos)
Kim Ho tidak sia-sia. Keputusannya menarik keluar pemain pilar Kim Joo-sung, dan memasukkan Seo Jung-won berbuah emas. Jung-won, penyerang asal klub Cheetahs itu membayar kepercayaan Kim Ho dengan gol indahnya.

Spanyol memimpin 2-0 lebih dahulu. (Bola)

Itu terjadi pada saat injury-time, ketika Spanyol sudah memimpin 2-1, dan tinggal menunggu peluit terakhir saja untuk memastikan merebut nilai tiga. Jung-won, meski ruang tembaknya sedikit sempit, pada menit ke-90 itu dengan jitu membobol gawang Santiago Canizares, kiper nomer dua Spanyol.
Itulah gol yang menyelamatkan Korea Selatan dari kekalahan, dan menjadikan pertemuan mereka melawan Spanyol berakhir imbang 2-2. Dan gol Jung-won itu, serta merta membuat Presiden Korea Selatan, Kim Young-sam, mengirimkan ucapan selamat.
"Fantastis, fantastis. Ini bukti bahwa kami tidak putus asa, bahwa kami bermain baik sekali di menit-menit terakhir," kata Presiden Young-sam.

Miguel Nadal duel udara dengan Ko Jung-woon. (Bola)

Kim Ho memang sudah merencanakan semua ini. Ketika kapten tim Spanyol, Miquel Angel Nadal, dikartumerahkan wasit dan pertahanan Spanyol sedikit kedodoran, ia melihat ada celah bagus untuk membongkar petahanan tim Matador itu.
"Karenanya, Jung-won saya masukkan. Larinya cepat, tusukannya tajam. Dan itu terbukti, bukan?" kata Kim Ho, penuh senyum.
Jung-won, yang masuk sejak menit ke-84, dan memetik gol enam menit kemudian, tampak begitu demonstratif karena golnya berhasil menyamakan kedudukan.

Seo Jung-won menyamakan kedudukan pada menit akhir.

Sebelum pertarungan Spanyol-Korea diCotton Bowl, Dallas ini digelar, banyak orang tak mau berpaling pada Spanyol. Tim yang mayoritas materi pemainnya dari klub Barcelona ini, disebutkan sudah menang sebelum pertandingan dimulai.
Tapi Korsel membalikkan keadaan. Mereka tampil bagai badak, tak kenal lelah, dan tak pernah berhenti menggempur Spanyol, yang tampil tanpa kiper Andoni Zubizarreta — karena diusir wasit pada pertandingan kualifikasi terakhir melawan Denmark.
Meski sempat tertinggal 0-2, setelah Julio Salinas dan Andoni Goikoetxea merobek gawang Choi In-young, Korsel terus berusaha menciptakan gol balasan.
Andoni Goikoetxea lawan Shin Hong-gi. (Bola)

Sampai datang Hong Myung-bo, libero muda yang penampilannya mirip Lorenzo Minotti, kapten Parma yang juga masuk skuad Italia itu. Tendangan bebasnya menit 85 membentur tembok pemain belakang Spanyol, hingga kiper Canizares terperdaya oleh gerakan bola yang tiba-tiba membelok, dan masuk gawangnya.
Gol kedua yang diciptakan oleh Jung-won tadi, lahir pada detik-detik terakhir pertandingan. Luar biasa, karena ruang tembaknya yang begitu sempit. Jadi? Jadi, ya, terima kasih, Jung-won. Sedikit banyak nama Asia ikut terangkat 'kan?


Jerman vs Bolivia 1994

Piala Dunia 1994
Grup C Jerman vs Bolivia 1-0

Thomas Haessler (8) dihadang Miguel Rimba.(Bola)

Lihatlah umpan panjang Lothar Matthaeus yang membuat gol tunggal Jerman terjadi di dalam partai perdana melawan Bolivia, Ahad lalu di stadion Soldier Field, Chicago. Ini membuktikan bahwa ia masih memiliki naluri mengatur tim yang tinggi. Dan lihatlah ketika sebuah tembakannya nyaris memperdaya kiper Bolivia, Carlos Trucco.
“Jerman pantas menang walau mendapat perlawanan keras dari Bolivia,” ujar Cesar Luis Menotti, mantan pelatih nasional Argentina yang menyaksikan partai itu.
Karl-Heinz Rumenigge, mantan pemain nasional Jerman yang juga berada di Chicago, menyebut hal serupa. Ia menilai mental juara Jerman belum punah.
Ini dibuktikan dengan penampilan mereka hari itu. Meski di bawah tekanan hawa panas yang menyengat, tim Eropa itu tak kenal menyerah, bahkan keadaan sering terbalik di mana mereka bermain kesetanan layaknya tim-tim yang datang dari negeri tropis.

Adu cepat Juergen Klinsmann dan Miguel Angel Rimba. (Bola)

Imbang
Tipisnya kemenangan yang diraih Jerman menandakan pertandingan itu berjalan seimbang. Pada 15 menit pertama Jerman lebih menguasai pertandingan walau sempat beberapa kali menerima serangan balik Bolivia.
“Kami memang lebih banyak melakukan penjagaan pemain dibandingkan penjagaan daerah. Wajar saja karena dari segi keterampilan, kami tidak setangguh Jerman,” ujar pelatih Bolivia, Xavier Azkargorta, dalam jumpa pers seusai pertandingan.
Tak terduga, dengan perangkap itu, permainan Bolivia menjadi lrbih terkendali. Barisan tengah menjadi hidup, apalagi setelah gawangnya dibobol Juergen Klinsmann.

Juergen Kohler mendapatkan kartu kuning. (Jawapos)

Lalu masuknya Marco Etcheverry sebenarnya merupakan kejutan. Pemain yang tadinya diperkirakan absen karena masih dirundung cedera, justru membawa bencana.
Ia dianggap memukul Matthaeus dari belakang, walau itu sekedar gerak reflek karena ia dijatuhkan. Ia menganggap peristiwa itu sebagai luapan emosi. Apa boleh buat, kartu merah harus diterimanya dan itu berarti ia dilarang bermain untuk dua pertandingan, melawan Korea dan Spanyol.
“Saya menerimanya dengan berat,” ujar Etcheverry, bintang Bolivia yang posturnya mirip Mario Kempes itu.
Dan kata-kata ini pula yang pantas diucapkan oleh Bolivia, negeri dataran tinggi itu. Mereka harus menerima kekalahan dengan berat.
Berbeda dengan pelatih Jerman, Berti Vogts. Senyumnya menyebar di mana-mana. Ucapan selamat dari para wartawan Jerman juga tak pernah henti.
“Cuaca yang panas membuat saya berpikir, pertandingan itu berlangsung di planet lain. Tapi para pemain menyelesaikannya dengan baik. Saya menaruh hormat kepada mereka,” ujar Vogts.
Usai bertanding para pemain tidak bisa lagi menahan rasa panasnya. Mereka langsung masuk ke ruangan ber-AC yang dekat dengan kamar ganti.Sedangkan sebelumnya guyuran air ke kepalanya sudah tak terhitung beberapa kali. Panas saat itu memang menyengat, tapi Jerman berhasil mengatasi sengatan itu dengan sebuah kemenangan pembuka yang manis. Bagaimana pada pertandingan-pertandingan berikutnya?
“Kemenangan ini membawa kepercayaan yang sangat besar,” ujar Vogts yang terkenal dingin dan acuh tapi hari itu tampak penuh dengan senyum.

William Ramallo (18) dijegal Thomas Berthold. (Jawapos)